Skenario: Sarah Kernochan & Zalman King
Pemain: Mickey Rourke, Kim Bissinger
Masa putar: 112 menit
Tahun: 1986
Sebelum menonton film ini, aku sudah sering banget mendengar tentang kehebohannya, bukan saja ketika diputar 22 tahun yang lalu, tetapi juga sampai kini. Di antara teman-temanku yang seangkatan (80-an gitu loh), film ini masih sering dirumpiin. Kata mereka sih ini film seks. Apa sih yang dimaksud film seks itu? Apakah film yang bercerita tentang pendidikan seks? Atau film yang melulu berisi adegan seks (yang berarti sama dengan film biru)? Atau film cerita dengan kategori "untuk dewasa" karena ada adegan-adegan seksnya yang tidak boleh dilihat anak-anak di bawah 17 tahun?
Sebelum menonton secara utuh film tersebut, aku sempat mencuri-curi mengintipnya lewat situs www.youtube.com. Penggalan-penggalan yang kulihat itu cukup mewakili dan membuat penasaran hingga akhirnya aku menyaksikannya secara utuh. Setelah melihatnya, kesimpulanku 9 1/2 Weeks ini jenis film dewasa yang memuat beberapa adegan "dewasa.
Namun, sungguh tidak seheboh yang pernah kubayangkan. Adegan percintaan dua orang tokoh utamanya, John (Mickey Rourke) dan Elizabeth (Kim Bassinger) adalah adegan seks biasa yang sering kita lihat di film-film dewasa. Jadi sama sekali tidak vulgar. Maksudku, bukan adegan seks seperti di film-film porno itu loh. Ada juga sih yang sedikit liar, tetapi menurutku itu tidak porno. Kalaupun ada scene yang memperlihatkan Elizabeth bugil, itu hanya disyut dari belakang (cuma bokong dan punggungnya yang terlihat dalam pencahayaan temaram).
Ceritanya juga tidak terlampau menarik, ihwal hubungan cinta John dan Liz yang dipertemukan secara tidak sengaja di sebuah keramaian kota New York yang sibuk. John seorang pebisnis yang menyembunyikan asal-usul serta latar belakang kehidupannya; sedangkan Liz bekerja di sebuah biro seni. Setiap kali bertemu, John selalu berupaya merayu Liz dan pada pertemuan yang ketiga, mereka bercinta. Barangkali bagian-bagian permainan cinta ini yang dianggap heboh, karena menampilkan "jurus-jurus" bercinta mulai dari yang romantis sampai yang paling liar (Tidak liar-liar amat sih sebenarnya).
Hari ke hari, dari jalinan hubungan itu, mulai tumbuh cinta di hati Liz. Setiap saat hanya John yang ia harapkan ada di sisinya. Setiap saat ia ingin bersama John. Ia juga ingin agar John mau mengetahul lebih jauh kehidupannya, mengenal teman-temannya. Namun, John menolak. Baginya cukup Liz saja. Biarlah siang hari Liz menjadi milik dirinya dan teman-temannya. John cukup puas memiliki Liz di malam hari, untuk sebuah permainan cinta yang menggairahkan. Lama kelamaan Liz mulai merasa relasi mereka bukanlah relasi yang normal. John hanya menginginkan tubuhnya. John hanya ingin menikmati seks dengannya. Liz tak bisa meneruskan hubungan tersebut meski John berusaha meyakinkannya dengan kata-kata cinta.
Film berdurasi hampir dua jam ini akhirnya terasa membosankan. Ceritanya tidak cukup nggreget. Satu-satunya hal yang membuatku bertahan sampai film usai adalah karena penasaran berharap akan tampil adegan "hot" yang nyaris menjadi cap buat film ini. Dan aku harus "kecewa" sebab adegan sejenis itu tidak ada, kecuali kalau adegan bercinta di bawah pancuran itu tergolong hot sih. Pastinya sewaktu diedarkan di bioskop kita dulu, adegan-adegan tersebut sudah kena gunting LSF (sekarang BSF). Lebih garing lagi kan?
Tetapi harus kuakui, gambar-gambar yang dihadirkan cukup keren. Juga soundtracknya. Sementara, akting Rourke dan Kim sih biasa-biasa saja. Tidak menonjol. Tapi yang jelas, aku sekarang tidak penasaran lagi sama film ini.***
0 comments:
Post a Comment