DO: do-ado, Komedi Kok Kayak Gene Tak Iye

kontributor: nashi koto khan

Saya mungkin orang yang sentimen menyimpulkan sesuatu. Dengan sedih saya sampai pada kesimpulan buruk: Titi Kamal itu ndak bisa main pelem. Dan untuk dicatat, dia bukanlah seorang komedian.

Menonton pelem ini (saya berharap, pelem ini baik sebab meski pun genre komedi Porno sedang laris, judulnya belum sampai pada kesimpulan buruk) yang berjudul DO alias Drop Out saya sampai pada eksimpulan kedua; di antara pelem-pelem buruk ini pelem buruk kedua yang saya tonton. Pelem buruk yang dimainkan oleh orang ‘ternama’.

Mau tau pelem paling buruk yang lain? Saya tidak akan berahasia, Judulnya Soul Mate (belahan Jiwa). Tadinya saya ingin menulis ini. tapi saya malu. Soul Mate, saya lupa tahun produksinya, dimainkan oleh Dian sastro sarjana kita yang cantik itu. Eit tak Dian seorang lo, ada Rachel Maryam, ada .... siapa lagi kok saya jadi lupa2.

Saya tak tahu penyakit baru di pelem kita sedang berkembang. Saya pikir pelem kita tak separah televisi yang memborbadir orang dengan tema yang itu-itu saja dengan alasan lagi tren pasar, gitu kan? Pelem kita kita juga begitu ternyata. Setelah hantu (sampai kini belum habis-habisnya) kita disodori pelem Komedi dewasa. Aih, rasanya kita balik ke masa Inneke Koesherawati, Malfin Sheina, Sally Marcelina lagi. Cuma judulnya ndak semenantang itu dan pornonya lebih bermoral, dikit. Dan LSF lebih memakai etika ketimuran yang dahsyat, ditambah adanya ulama yang ikut menjadi penyensor kedua.

Ah, saya tidak sedang berceramah sodara-sodara biarlah itu jatahnya si Jejen. Saya sok bijak saja kayak si Goes Moeh itu. Saya tidak masalah mau pelem telanjang atau apalah namanya, karena saya juga suka pelem-pelem begituan, sumpah. Apalagi artisnya lokal, bahasanya saya ngerti. Ereksinya bisa dua kali. Tanyalah Jejen soal itu.

Hm... jadi DO dari kacamata saya (maafkan, kali ini resensi saya agak kacau; kian nggak jelas seperti pelem DO ini) adalah salah satu dua pelem yang paling buruk. Komedinya tak sampai, kesan joroknya juga ndak tiba. Lalu pelem jenis apakah ini kita namakan?

Alkisah, pelem dibuka dengan adegan manis, ospek di kampus. Di mana, tokoh utama cowok kita Jemi (Ben Joshua) awalnya ospek, lalu menjadi panitia ospek sampai bertahun-tahun berikutnya. De’e iku mahasiswa abadi jenenge. Tapi mukanya imut abis. Gak terlihat tua lo. Sumpah. Di kampus ada Doktor (doktor bukan dokter) M namanya doktor M. yang main ya Pak Dokter Perkelaminan kita, Dr Boyke, yang suaranya kayak Agung (Dwi Hartanto) kalo bermanja itu. Dia killer tapi seneng cewek. Sukanya bertengkar dengan istrinya ditelpon soal hubungan badan dan demen cewek cantik.

Uih, dasyat… si Jemi kita ini punya ibu kos yang genit dan suka tidur sama anak-anaknya (anak kos). Ada Dwi Sasono yang ndak tau masih kuliah apa ndak tapi.. ah.. pusing saya. Ndak bisa saya menceritakan ulang. Terlalu ancur saja menurut saya.

Jadi gini aja deh. Kita liat adegan per adegan aja, biar enak. Dengan dan saksikan akting diokter M kita yang semua alkulturasinya selalu tinggi itu. Atau hari pertama Titi Kamal di kampus dan lihatlah betapa garingnya ketika Titi Lari dari kejaran Doktor M. Doi kebentur tiang, tapi sumpah ndak lucu. Lha, justru kita kasian. Trus dia ketemu Ben, eh, Jemi yang suka ngejar-ngejar cewek.

“Masya Allah.. bodohnya….” Jerit Titi Kamal yang membuat saya tersenyum karena umpannya tak mempan.

Denger pula penjelasan si Jemi pada temannya Dimas Aditya ya, seputar perkelamnian di perpus kampus. Suaranya keras lagi. Konyolll.. lalu si Lea (Bu dosen Titi K kita) mendengar. Dan lihat, dia ber oh-oh di perpus itu. Tolol banget deh. Dia terangsang atau jijik? Cara dia menguping membuat saya iba, sampe salto-salto segala. Gak wibawa banget deh.

Nah dia itu yang menyeret Jemi ke sebuah ruangan. Dia bermurahhati membantu Jemi belajar (kayak anak sma itu lo) biar cepat lulus dengan konsekwensi dia diajarkan hal-hal begituan. Dia mau diajarin gituin. Kegatelan ato iri sama adiknya yang sudah buncit duluan?

Begitulah. Sementara di kosan, si ketek out alias mati gara-gara nelen obat kuat kebanyakan dan gak kuat liat ibu kos yang buka baju didepan dia. Mati berdiri lo. Sumpah, pake berdiri. Lalu tiba-tiba, sepertis sebuah sinetron, polisi datang, mau menangkap si germo (Dwi Sasono) yang ternyata pengedar pelem porno.

Dua alasan inilah yang membuat Tokoh kita jadi bertekat lulus kuliah. Jadi untuk merubah tokoh kita ini harus ada yang mati dan ditangkap polisi dulu.

Belum lagi tokoh-tokoh yang mengejek Cuinta Lauwrra (r-nya ditebelin tapi gak dibunyiin. Kayak rrr singa itu lo) yang ojhegnya bechek karena ujhan. Ada komedi satir dan tak lucu tentang anak baru yang namanya Niken Tilu. Apanya yang lucu coba?

Ada adegan doktor M lagi yang bertengkar sama istrinya di restoran ngomong seks lagi. Ada adegan Titi Kamal nangis di kamar Jemi dan bilang “Kok gak dipeluk sih, kayak dipelem-pelem itu…” ada Titi Kamal yang berteriak “Hoi.. (orang-orang) Jemi ternayata belum pernah ngesek....” Ada adegan perkoncoan Jemi dan Doktor M soal kelulusan. Si Germo yang keluar dari penjara dan sebel melihat Jemi jadi anak manis gara-gara Titi Kala, eh Kamal. Lalu dia mencuri HP Jemi dan “menukar” Bu Lea dengan sarjana kawannya itu. Dan sip. Titi Kamal diajak tidur sama Boyke. Adegan konyol garing ini berakhir dengan rintihan Sang Doktor memegang anunya dijilat sikut si Titi Kita. Konon adegan ini ditunggu-tunggu banyak orang. Terberkatilah kalian. Dan terkutuklah surtadara dan badan sensor yang nggak memperlihatkan telanjang saja semuanya supa ya semua puas puas puas... Itung2 ada yang bisa dibawa pulang.

Lalu ini agak manis adegannya, Lea datang ke Kos Jemi dan ngamuk. Dia telah dijual. Dia tidak terima dan menampar Jemi di depan kawan-kawannya yang lagi sibuk mengelilingi ibu kos. Lalu Titi pergi dengan tangis luar biasa. Jemi lesu, bu kos dengan enteng pulang.

“Germo ngaku aja deh lu…”

Dan berbaku hantamlah si Germo yang badannya besar dengan Jemi yang kecil. Tapi kebenaran selalu menang bukan? Maka datanglah polisi dan Jemi dirawat kawan-kawan yang simpati.

Selajutnya, Doktor M dipecat dan dia berterimakasih sama si Lea kita itu, sebab keluarganya menjadi harmonis, katanya. Lalu adegan Lea, Bu Dosen itu terjatuh dari tangga kampus karena sibuk menelpn Jemi dan minta maaf. Jatuh lagi, jatuh lagi. Kayak Warkop aja nih. Lalu? Ya mereka pacaran. Si Jemi dan Bu Lea. Jemi wisuda. Ndak jadi DO. Lalu? Si Banci teman Jemi yang sering minjamin uang itu menikah. Dengan? Niken Ti… Lu..” kata pendeta yang mengawinkan mereka. Lalu, ya ketawa, kan lucu. Orang pendeta aja susah nyebut namanya. Lalu? Ya liatlah sepasang anak muda yang senyum-senyum di tengah pengunjung. Lalu? Abis deh. Lalu? Teriaklah keras-keras.. “do-ado, pelem komede kok kayak gene tak iye..”

Hm.. (sok wibawa nih) itu tentu pandangan subjektif saya saja. Anda boleh bilang ini pelem paling berhasil dan mestinya memborong piala citra, ikut festival seperti pelem hantu itu dan semacamnya. Saya hanya heran aja dan cemburu, di Jakarta minjam uang itu gampang banget. Atau si jemi yang terlalu beruntung. Tiap kali terjepit dan butuh uang tinggal ngetuk kamar tetangganya, mengulurkan tangan dan sejumlah uang meluncur. Apa dia punya bendahara ya?

Gak ada gambaran anak kos yang miskin di sana. Yang kayak Gusmuh dulu, mengayuh sepeda tua memakai caping membelah jalan Gejayan dengan muka hitam, keringatan dan perut bernyanyi (Terkutuk kau, Kothol!!!!).

Sumpah, bagi saya ini pelem kedua yang paling, amat, sangat, banget, buruk yang dimainkan oleh orang yang konon dahsyat. Sudah.
Ada pleidoi?

0 comments: