Out of The Ashes


Sutradara: Joseph Sargent
Skenario: Anne Meredith
Pemain: Christine Lahti, Bruce Davison, Beau Bridges,Jonathan Cake
Tahun: 2003


Lagi, sebuah film tentang kekejaman Nazi Jerman telah dibuat. Kali ini dibuat untuk sebuah film TV yang ceritanya berdasarkan kisah nyata seorang korban yang berhasil selamat dari kamar gas di Kamp Konsentrasi Auschwitz (Saya selalu merinding seram setiap mendengar kata ini disebutkan. Terbayanglah ribuan manusia yang kebetulan terlahir sebagai Yahudi mati dengan cara amat mengenaskan). Ia adalah Gisella Perl (Christine Lahti), seorang dokter Yahudi berkebangsaan Hungaria.

Usai Perang Dunia II, Gisella atau Giska datang ke Amerika dan mencoba untuk kembali bekerja sebagai dokter ahli kandungan di negara tersebut. Ia mendapat kendala dengan riwayat hidupnya. Pihak rumah sakit yang hendak mempekerjakannya memiliki catatan hitam tentang sejarah hidupnya semasa pendudukan Nazi di Jerman. Ia dimintai keterangan sampai sejauh mana kebenaran catatan tersebut yang menyatakan bahwa ia bisa lolos dari kematian sebab selama dalam tahanan di Auschwitz itu ia berkolaborasi dengan pihak Nazi. Sembari menekan segala rasa pahit dan pedihnya akan kenangan buruk yang tak akan pernah sanggup dilupakannya itu, ia pun berkisah (tersuguh dalam adegan-adegan kilas balik).

Menjadi seorang tahanan berarti menjadi manusia yang tidak lagi memiliki kemerdekaan. Bahkan berarti selalu dalam ancaman kematian. Apalagi sebagai tahanan tentara Nazi yang sudah demikian terkenal bengisnya. Tulisan-tulisan mengenai kekejaman Hitler terhadap kaum Yahudi telah banyak diterbitkan. Misalnya saja Buku Harian Anne Frank. Atau juga film-filmnya (Schindler's List, Life is Beautiful dll). Barangkali satu-satunya yang terpikir oleh para Yahudi yang malang itu adalah bagaimana caranya agar dapat tetap hidup. Begitulah yang dilakukan Giska. Ia tidak bisa menyangkal bahwa ia memang telah 'bekerja sama' dengan pihak Nazi selama di Auschwitz itu. Namun, ia melakukan semua kesepakatan itu semata-mata demi mempertahankan hidupnya. Ia bersedia membuat deal tersebut dengan harapan ia dan keluarganya dapat keluar dengan selamat dari neraka Auschwitz.

"You know about some of the things I did there, for the pregnant women. But yes, I did sent unknowingly many women to their deaths within the day of my arrival. And yes, some of the things I did there, some of the procedures I was forced to do there…they were not honorable. So you are right, I have blood on my hands and believe me I can see it as clearly as you can see this tattoo here on my arm. Both of them will forever identify me as having to be a doctor in Auschwitz, not only to the world, but to myself. And I know this is very difficult for you to understand gentlemen not having been there, but it is the truth. I only did what I had to do to survive"

Giska tak punya banyak pilihan. Dokter Mengele (Jonathan Cake) memerintahkannya untuk melakukan aborsi terhadap para tahanan yang kedapatan hamil dan lalu bayinya itu dibakar hidup-hidup di krematorium atau dimasukkan ke dalam kamar gas. Sebuah aksi pembersihan etnis yang paling biadab yang pernah terjadi di dunia. Dengan tangannya, Giska berhasil menyelamatkan hidup 1000 orang lebih perempuan Yahudi di Auschwitz. Para perempuan itu lebih memilih Giska yang melakukannya daripada dr. Mengele yang berdarah dingin itu karena bisa berarti nyawa merekapun akan melayang.

Katanya, sejarah selalu berulang. Tapi sumpah deh, saya tidak pernah berharap satu kalipun segala sejarah kekejaman yang pernah terjadi di atas bumi ini berulang kembali. Amit-amit...

Across The Universe (2007)


Film musikal berlatar tahun 60-an ini menceritakan tentang Jude (Jim Sturgess), seorang pemuda dari Liverpool yang merantau ke Amerika buat mencari ayahnya. Di Amerika, dia berteman dengan Max Carrigan (Joe Anderson) seorang mahasiswa Ivy League kaya yang sedang memberontak dari keluarganya. Max punya seorang adik bernama Lucy Carrigan (Evan Rachel Wood) yang baru saja patah hati karena pacarnya meninggal di Vietnam. Seperti yang bisa diduga, tentu saja Jude dan Lucy saling naksir.

Mengikuti Max yang melepaskan diri dari keluarga kayanya, Jude menyewa kamar di sebuah rumah kontrakan yang diinduksemangi oleh Sadie (Dana Fuchs), seorang penyanyi. Di situ, kehidupan hippie mereka pun dimulai, terlebih setelah Lucy ikut-ikutan tinggal di sana juga. Setiap hari mereka bersenang-senang seolah tanpa beban, hingga akhirnya Max mendapat panggilan untuk bertugas ke Vietnam. Dari situ, hubungan Jude dan Lucy pun mulai goyah. Setelah sebuah demonstrasi yang berakhir dengan keributan, Jude malah dideportasi ke Inggris. Eh, tapi ini bukan endingnya kok. Yang jelas happy ending, lah.

Yah, film ini memang sangat menggambarkan kehidupan hippie, sih … 60-an banget gitu. Secara keseluruhan, film ini terhitung bagus. Ceritanya sih memang dangkal dan tertebak banget. Tapi yang bikin lebih adalah karena ini film musikal. Menyenangkan juga melihat koreografinya, lalu lagu-lagunya. Ah, lagu-lagu The Beatles yang dinyanyikan ulang itu biasanya memang jadi keren. Jadi kepikiran, apakah sebenarnya film ini dibuat berdasarkan lagunya, atau lagunya dipasin sama filmnya ya? Mungkin yang pertama ya, karena ada tokoh Prudence (T.V. Carpio) tuh, yang kayaknya nggak ada fungsinya. Aku curiga mungkin dia dimunculkan cuma biar ada lagu Dear Prudence, hihihi ….

Sebenarnya aku berharap lebih banyak dari film ini. Kupikir film ini bakal spektakuler, gitu. Eh, ternyata nggak sehebat itu, sih. Atau karena aku sudah mendengar lagu-lagunya duluan ya, jadi nggak terpana lagi. But I still love the songs. Dan sinematografinya memang bagus. Layak ditonton, kok.